Tugu Nol Kilometer Sabang : Simbol Perekat Nusantara di Batas Barat Tanah Air

Slogan terkenal ‘Dari Sabang sampai Merauke’ dipopularkan Presiden Soekarno dari ucapan seorang perwira Belanda bernama Jenderal J.B. van Heutsz saat mengklaim kemenangannya dalam Perang Aceh tahun 1904, yaitu “Vom Sabang tot Merauke”. Sabang dan Merauke adalah dua kota di ujung paling barat dan paling timur Indonesia yang kini sama-sama memiliki tugu nol kilometer.

Tugu Nol Kilometer RI atau biasa disebut Monumen Kilometer Nol merupakan sebuah penanda geografis yang unik di Indonesia. Hal ini berkaitan perannya sebagai simbol perekat Nusantara dari Sabang di Aceh sampai Merauke di Papua. Tugu ini bukan saja menjadi penanda ujung terjauh bagian barat di Indonesia tetapi juga menjadi objek wisata sejarah bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.


Lokasi tugu ini terletak di areal Hutan Wisata Sabang tepatnya di Desa Iboih Ujong Ba’u, Kecamatan Sukakarya, sekitar 5 km dari Pantai Iboih. Letaknya di sebelah barat kota Sabang sekitar 29 kilometer atau memakan waktu sekitar 40 menit berkendara.


Datanglah ke ujung barat Indonesia ini untuk menapakkan kaki Anda di atas titik kilometer nol yang terbuat dari semen berbentuk lingkaran berdiameter 50 centimeter. Berdirilah di atasnya lalu abadikan fakta historis yang sifatnya pribadi itu. Dengan menyambangi tempat ini juga Anda nantinya akan mendapat sertifikat dari agen penjalanan resmi mana pun di Sabang sebagai bukti pernah berdiri di titik nol kilometer Indonesia.

Sebuah lagu nasional karya R. Surarjo awalnya bersyair "Dari Barat sampai ke Timur, berjajar pulau-pulau’", tetapi bait tersebut kemudian diubah atas masukan Presiden Soekarno tahun 1960-an saat mempersatukan Irian Barat ke NKRI. Perubahannya menjadi ‘Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau’. Kebanggaan itu terus berakar, menanamkan kesan kuat bahwa batas barat negara Indonesia ialah Kota Sabang dan di sisi timurnya ialah Kota Merauke.

Tugu adalah simbol pengenang dimana arti pentingnya justru sering kali terlupakan dan bahkan diremehkan dengan cara tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, selayaknya warga negara yang baik turut menjaga keberadaannya dengan tidak melakukan aksi vandalisme seperti mencorat-coret fasilitas atau pun merusak fasilitasnya.


Tugu kilometer Nol adalah sebuah bangunan setinggi 22,5 meter dengan bentuk lingkaran berjeruji. Bagian tugu dicat putih dan bagian atas lingkaran menyempit seperti mata bor. Puncak tugu ini terdapat patung burung Garuda menggenggam angka nol dilengkapi prasasti marmer hitam yang menunjukkan posisi geografisnya.

Di lantai pertama monumen terdapat sebuah pilar bulat dan terdapat prasasti peresmian tugu yang ditandatangani Wakil Presiden Try Sutrisno, pada 9 September 1997. Di lantai kedua terdapat sebuah beton bersegi empat dimana  tertempel dua prasasti yaitu prasasti pertama ditandatangani Menteri Riset dan Teknologi/Ketua BPP Teknologi BJ. Habibie, pada 24 September 1997. Dalam prasasti itu bertuliskan penetapan posisi geografis KM-0 Indonesia tersebut diukur pakar BPP Teknologi dengan menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS). Prasati kedua  menjelaskan posisi geografis tempat ini yaitu 05 54" 21,99 Lintang Utara - 95 12" 59,02" Bujur Timur. Data teknis berdirinya tugu ini tertoreh di atas lempeng batu granit yang menyebutkan “Posisi Geografis Kilometer 0 Indonesia, Sabang. Lintang: 05o 54’ 21.42” LU. Bujur: 95o 13’ 00.50” BT. Tinggi: 43.6 Meter (MSL). Posisi Geografis dalam Ellipsoid WGS 84”.

Tugu Nol Kilometer Sabang sebenarnya tidak dipancangkan persis di garis terluar sisi barat wilayah Indonesia. Sebenarnya secara teknis, masih ada pulau di sisi paling barat Indonesia yaitu Pulau Lhee Blah, berupa pulau kecil di sebelah barat Pulau Breuh. Hal ini sama terjadi dengan pulau paling selatan yaitu Pulau Rote, walau secara teknis Pulau N’dana ialah pulau paling selatan di Indonesia.

Tugu Nol Kilometer di Sabang memiliki kembarannya yaitu di Merauke, tepatnya di Distrik Sota, Kabupaten Merauke, sekira 75 kilometer dari pusat Kota Merauke dan 3 kilometer dari Tugu perbatasan dengan Negara Papua New Guinea.


Pesona alam laut dan hutan tropis di Sabang sepanjang perjalanan menuju tempat ini akan memberikan kesan yang menggetarkan sanubari. Anda juga dapat melihat hewan liar seperti kera ekor panjang yang senantiasa menunggu diberi makanan oleh pengunjung.

Pemandangan dari atas tugu sungguh sangat menawan dimana membentang samudera lepas yang seakan tak terbatas. Mengapa tidak tunggulah hingga Matahari larut di birunya air laut Samudera Hindia. Menikmati sunset di ujung paling barat kepulauan di Indonesia ini tak mungkin tersandingkan dengan pengalaman sunset serup di bagaian lainnya kecuali Tugu Nol Kilometer di Merauke. 

Di sini akan Anda dapati banyak kera ekor panjang yang menjadi penguasa wilayahnya bersama seekor babi hutan yang dinamai masyarakat setempat sebagai 'Bro'. Kedua jenis hewan ini terbilang jinak tetapi Anda tetap perlu berhati-hati terutama terhadap kera yang mengincar makanan yang Anda bawa.

Tugu Nol Kilometer Sabang : Simbol Perekat Nusantara di Batas Barat Tanah Air Tugu Nol Kilometer Sabang : Simbol Perekat Nusantara di Batas Barat Tanah Air Reviewed by Fachri Ramadhan on 03:27:00 Rating: 5